Jika
ditanya apa perjalanan saya yang paling berkesan, sulit untuk menjawabnya. Semua tempat yang pernah
saya kunjungi selalu memiliki kesan yang mendalam. Pengalaman yang didapat
sangat unik di tiap masing-masing tempat. Termasuk salah satu diantaranya
adalah perjalanan saya menembus hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
yang terletak di perbatasan antara Lampung dengan Sumatera Selatan.
Perjalanan
ini saya lakukan bersama tim BKP MAPALA UI 97. Perjalanan ini merupakan salah
satu bagian dari pendidikan para calon anggota MAPALA UI. Saat itu kami membuka
jalan dari perbatasan Lampung dengan Bengkulu, di tepi pantai barat Sumater.
Target tim akan menembus hingga Danau Ranau di Sumatera Selatan. Dari awal
perencanaan, perjalanan ini memiliki suatu tingkat kesulitan dan tantangan yang
tinggi. Peta topografi yang bisa kami dapatkan adalah peta lama dengan skala 1:200,000,
sementara idealnya menggunakan peta 1:50,000 atau 1:25,000. Belum lagi karakter
hutan tropis pulau Sumatera yang lebat dan binatang buasnya yang masih banyak.
Tapi segala kendala itu tak menyurutkan tim untuk berangkat sesuai dengan
rencana.
Karena
memasuki kawasan Taman Nasional, maka tim kami didampingi oleh seorang Jagawana
dan seorang penduduk senior yang paling berpengalaman keluar masuk hutan di
kawasan ini. Keikut sertaan mereka adalah syarat yang di wajibkan oleh pihak
Taman Nasional. Bagi kami kehadiran mereka sama sekali tidak membebani, tapi
justru sangat membantu. Hari demi hari kami lalui selalu dengan pengalaman yang
berbeda. Baru hari pertama kami dalam hutan, malam itu kami mendengan suara
serombongan gajah yang lewat di lembah yang terletak di bawah punggungan tempat
kami menginap. Antara rasa cemas dan senang akan pengalaman baru bercampur
dalam hati. Dan esoknya ketika melanjutkan perjalanan, kami bisa melihat sisa
perjalanan rombongan gajah semalam. Jejak kaki dan sejumlah pohon yang tersibak
dapat kami temui.
Hari
ke empat perjalanan kami merupakan pengalaman paling berharga dalam perjalanan
ini. Tidak hanya bagi para calon anggota, tapi juga bagi kami para senior yang
mendampingi. Satu kelompok calon anggota keracunan mie rebus yang mereka
konsumsi sebagai makan malam. Setelah di investigasi, ternyata mereka
mencampurkan jamur yang mereka dapatkan di hutan ke dalam racikan mie rebus
yang mereka masak. Jamur adalah salah satu tumbuhan yang sangat berbahaya untuk
di konsumsi, karena kita tidak pernah tau apakah beracun atau tidak. Walaupun
jenis tersebut adalah jenis yang biasa kita lihat di konsumsi. Tempat jamur
tersebut tumbuh akan sangat mempengaruhi apakah akan beracun atau tidak. Jadi
ketika kita bergiat di alam, sebaiknya hindari konsumsi jamur. Beruntung
akhirnya kami semua mampu melewati masa sulit tersebut setelah dua hari harus
membantu satu kelompok itu yang terus menerus muntah mengeluarkan isi perutnya.
Di
tengah keputus asaan karena tidak juga kunjung menemukan titik akhir yang
seharusnya sudah kami capai, siang itu rombongan kami ibarat mendapat hadiah
dari Tuhan. Kami dikasih kesempatan melihat langsung raflesia arnoldi atau yang
dikenal sebagai bunga bangkai, langsung di habitatnya. Di hutan tropis
Sumatera. Sejenak terlupakan rasa lelah memanggul ransel puluhan kilo, naik
turun pegunungan, hanya rasa senang yang ada saat itu.
Dalam
perjalanan ini pula saya akhirnya mendapatkan pembenaran bahwa pada hakikatnya
binatang buas akan menghindari manusia kecuali dalam kondisi terdesak atau
terpaksa. Berhari-hari dalam penjelajahan ini, tim kami selalu mendirikan camp tepat
di pinggir sungai. Ini kami pilih tentunya karena sangat memudahkan kami akses
air untuk kepentingan memasak dan lainnya. Hampir tiap hari kami mulai
mendirikan camp sekitar jam 16,00 atau paling lambat jam
18,00. Dan biasanya kami mulai terlelap setelah pada jam 20-21,00 setelah kami
melakukan rapat koordinasi untuk perjalanan esok harinya. Dan selalu, paginya
kami akan mendapati pemandangan yang sama. Kami selalu menemukan jejak harimau
di sekitar tenda kami. Dan tidak jauh dari lokasi tenda, pasti juga di temukan
entah bekas cakaran harimau pada pohon ataupun sisa kotoran mereka. Awalnya
tentu ada kekuatiran melihat itu, namun setelah beberapa hari kekuatiran itu
pun perlahan sirna.
Makanan
mulai menipis, bahkan ada kelompok perjalanan yang sudah menggantungkan diri
pada satu jenis makanan bahkan menambah jenis makanan dari apa yang ada di
alam. Ketika akhirnya rombongan kami keluar hutan dan menemukan ladang. Tak
terkira kebahagiaan yang dirasa. Berhari-hari dalam hutan sumatera yang lebat,
akhirnya hari itu kami menemukan ladang masyarakat. Adanya ladang, menunjukkan
bahwa dusun sudah tidak jauh lagi. Dan setelah seharian berjalan, kami pun
sampai di dusun yang seharusnya menjadi target kami beberapa hari yang lalu. Masyarakat
pun menyambut rombongan kami dengan senang, maklum mereka pun sudah kuatir
karena kami sudah jauh melewati target waktu yang di rencanakan. Di dusun ini,
rombongan BKP MAPALA UI 97 melakukan serangkaian bakti social. Ketika
berinteraksi dengan masyarakat, seolah terlupakan rasa lelah dan penat yang
menyelimuti tubuh kami hampir dua minggu ini. Setiap orang bahu membahu dengan
masyarakat mengerjakan tugas mereka masing-masing.
Dan
akhirnya perjalanan ini pun ditutup dengan kami menyeberangi danau Ranau menuju
kota Ranau
dengan perahu kayu penumpang. Danau terluas nomer dua di pulau Sumatera.
Sungguh suatu perjalanan yang luar biasa. Pengalaman yang sangat berharga
begitu banyak saya dan teman-teman dapatkan. Disini kami belajar bersama,
bagaimana menghadapi keadaan sulit, belajar menghargai kawan, belajar
menghargai alam dan belajar bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam
yang tiada dua.
No comments:
Post a Comment