Tuesday, November 5, 2013

Satu Minggu Bercumbu Dengan KRI OWA

Pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi penumpang di kapal perang? Kesempatan berharga itu saya dapatkan akhir tahun 2012 lalu. Dalam suatu latihan gabungan Angkatan Laut Indonesia, saya berkesempatan menjadi penumpang KRI Oswald Siahaan atau lebih dikenal dengan OWA dengan nomer lambung 354. Ini adalah salah satu kapal Fregate terbaik yang dimiliki Indonesia. Kemampuannya untuk menghadang musuh dari tiga matra, udara, permukaan dan dasar laut, membuat KRI OWA menjadi salah satu armada yang di takuti oleh lawan. Apalagi dalam latihan kali ini, kemampuan KRI OWA semakin di pertajam dengan di lengkapi senjata baru, Rudal Yakhont buatan Rusia. Yang di klaim sebagai rudal tercepat saat ini. Tingkat keakuratannya sampai di atas 90%.

            Saat itu saya berangkat dari Pangkalan ARMATIM di Surabaya. Ini adalah pangkalan kapal perang Angkatan Laut terbesar di Indonesia. Memasuki jajaran kapal-kapal perang membuat timbul banyak harapan pada para bapak-bapak AL dalam menjaga kedaulatan Indonesia terutama di perbatasan. Walaupun banyak mendengar cerita tentang lemahnya pasukan kita di laut, tapi saya yakin siapapun orang awam yang memasuki pangkalan ini akan menaruh harapan besar seperti halnya saya.

            Setelah mencari-cari di jajaran kapal perang di dermaga ARMATIM, akhirnya saya menemukan KRI OWA. Termasuk besar ukurannya membuat KRI OWA tidak terlalu sulit di cari. Kapal yang mulai masuk dalam jajaran KRI pada tahun 1980an  ini memiliki jam pengabdian yang cukup tinggi. Salah satu penugasannya yang terakhir adalah dalam konflik Ambalat dengan Malaysia. Tidak heran dalam perbincangan selanjutnya dengan para ABK tidak jarang saya mendengar cerita mereka dalam konflik perbatasan dengan Malaysia.

            Memasuki ruangan dalam KRI OWA, ditemani oleh bapak Julius dari DISPENAL, saya langsung diajak bertemu dengan komandan kapal saat itu. Dengan ramah beliau menyambut saya dan dua orang teman saya lainnya. Terlihat bapak kolonel ini begitu humble dengan orang sipil seperti kami. Pada hari-hari berikutnya tidak jarang beliau mengajak saya atau kawan-kawan saya untuk sekedar mengobrol ringan atau berdiskusi tentang apapun yang sedikit berat. Orang yang cerdas, tegas dan bijaksana. Beliau begitu disayangi oleh anak buahnya.

            Setelah berkenalan dengan komandan, selanjutnya saya diantar ke kamar yang akan saya tempati selama di sana. Kamar kecil di tempati ber tiga, tapi bersih, rapih dan dingin karena menggunakan ac. Tidak jauh dari kamar, juga bisa di temukan kamar mandi dan ruang cuci. Nah untuk penggunaan air memang ada strateginya. Tidak setiap jam air akan mengalir. Maklum air sangat terbatas, jadi memang ada managemen khusus untuk mengatur pengguanaan air. Kamar mandi dan ruang cuci pun relative sangat bersih. Belum lama saya masuk kamar, ada ketukan di pintu. Seorang perajurit dengan seragam lapangan loreng khas angkatan laut memberitahukan bahwa makan siang sudah siap. Saya dan kawan-kawan di minta untuk segera merapat ke ruang makan perwira di lantai bawah.

            Memasuki ruang makan perwira, ternyata sudah begitu penuh. Baru tahu saya bahwa kapal ini merupakan salah satu kapal utama dalam latihan gabungan kali ini. Sehingga begitu banyak perwira tinggi yang ada di kapal ini. Sedikitnya ada lima kolonel dari angkatan laut dan satu orang kolonel dari angkatan darat yang hadir sebagai peninjau.  Awalnya risih juga berada di tengah para perwira tinggi ini. Tapi berjalan dengan waktu, ternyata sangat seru juga. Ngobrol dengan mereka merupakan hal yang saya tunggu setiap hari. Banyak sekali share cerita dari mereka yang selama ini tidak mungkin kita dengan di luar. Diskusi dengan mereka pun sangat menyenangkan. Sangat open minded, itulah kesan saya kepada para para perwira itu. Mereka begitu menerima masukan dari kami orang-orang sipil ini. Sesekali terjadi perdebatan tapi selalu diakhiri dengan saling mengerti posisi kedua pihak. Bahkan para perwira itu juga begitu senang bisa banyak berbagi dengan saya dan kawan-kawan. Ya, mereka menganggap kami netral dalam melihat segala permasalahan militer dan kebangsaan.

            Diskusi dan obrolan ngalur-ngidul tidak hanya terjadi di runag makan. Tapi kemudian setelah semakin akrab, juga terjadi di kamar tidur, di dek belakang sambil merokok , di dek depan sambil mencari signal telepon genggam dan bahkan di ruang kemudi kapal dengan para perwira menengah. Sangat menyenangkan, suatu kesempatan yang mungkin belum tentu bisa saya dapatkan lagi. Hingga kini, hubungan dengan para awak kapal OWA masih terjalin. Setiap kali saya ke Surabaya, saya selalu sempatkan untuk bisa bertemu dengan mereka. Laut telah membuat kami menjadi saudara dan sahabat.

            Berhari-hari menjelang uji coba penembakan rudal Yakhont, diisi dengan latihan persiapan penembakan. Mulai dari pemeriksaan alat dan personil hingga simulasi penembakan. Bapak-bapak ini tidak mau ada kesalahan sedikit pun pada hari H nanti. Teknisi-teknisi dari Rusia pun tidak kalah sibuk membantu persiapan yang di lakukan oleh para personil KRI OWA. Di sela-sela latihan tiu lah sejumlah obrolan dan diskusi terjalin di atara kami. Ada satu cerita atau tepatnya keluhan di sampaikan saat itu. “Laut Indonesia ini sangat luas mas, tapi jumlah kapal perang kami belum mencukupi untuk batas idela meng-cover seluruh perairan. Tapi kami selaku prajurit, tetap berusaha semaksimal kita untuk menjaga kedaulatan NKRI. Tidak jarang kami mengejar para pencuri ikan sampai berhari-hari hingga daerah perbatasan Australia. Kami tangkap mas, kami serahkan ke polisi di daratan untuk di proses secara hokum. Tapi kemudian di pengadilan mereka semua di lepas begitu saja, atau paling tidak mendapat hukuman yang tidak setimpal. Belum lagi kasus-kasus lainnya, yang paling berat adalah pelanggran batas negara yang sering di lakukan oleh kapal-kapal perang negara tetangga kita yang satu itu lho mas (seraya mengedipkan mata). Ujungnya kami angkatan laut ini di cap tidak ada kerjanya oleh masyarakat. Kehadiran kami di lautan di pertanyakan. Ya semoga saja mas-mas disini bisa secara objective menyuarakan kondisi kami di lautan”, demikian secuil yang keluar dari mulut bapak-bapak patriot bangsa di lautan ini.

            Memang aneh, negara kita yang notabene memiliki wilayah laut jauh lebih luas dari wilayah daratannya. Tapi memilih menjadi bangsa agraris pada pemerintahan presiden Suharto. Kekuatan di darat di perkuat luar biasa sementara berpuluh-puluh tahun kekuatan laut kita bisa dibilang di lumpuhkan. Ya semoga saja pemerintahan ke depan menyadari betapa pentingnya kekuatan laut di negeri yang seharusnya memilih hidup MARITIM ini. Kembali ke kejayaan masa lalu dimana kerajaan-kerajaan nusantara menguasai lautan hingga ASIA. Salut melihat kerja dan kemampuan para prajurit TNI AL. Begitu professional dan patriotik. Terlihat dari ekspresi mereka yang tanpa lelah berlatih untuk keberhasilan suatu misi uji coba penembakan rudal. Bahkan ketika akhirnya uji coba itu berhasil, kegembiraan tak bisa di sembunyikan dalam suasana di KRI OWA. Akankah jasa dan kerja keras mereka masih di pertanyakan? Untuk saya, tidak ada alas an mempertanyakan itu. Hanya kebanggan yang tersisa dari perjalanan satu minggu dengan KRI OWA.

JALESVEVA JAYAMAHE !!!

Di Laut Kita Jaya

No comments:

Post a Comment