Pernah
merasakan bagaimana rasanya menjadi penumpang di kapal perang? Kesempatan
berharga itu saya dapatkan akhir tahun 2012 lalu. Dalam suatu latihan gabungan
Angkatan Laut Indonesia, saya berkesempatan menjadi penumpang KRI Oswald
Siahaan atau lebih dikenal dengan OWA dengan nomer lambung 354. Ini adalah
salah satu kapal Fregate terbaik yang dimiliki Indonesia. Kemampuannya untuk
menghadang musuh dari tiga matra, udara, permukaan dan dasar laut, membuat KRI
OWA menjadi salah satu armada yang di takuti oleh lawan. Apalagi dalam latihan
kali ini, kemampuan KRI OWA semakin di pertajam dengan di lengkapi senjata
baru, Rudal Yakhont buatan Rusia. Yang di klaim sebagai rudal tercepat saat
ini. Tingkat keakuratannya sampai di atas 90%.
Saat itu saya berangkat dari
Pangkalan ARMATIM di Surabaya. Ini adalah pangkalan kapal perang Angkatan Laut
terbesar di Indonesia. Memasuki jajaran kapal-kapal perang membuat timbul
banyak harapan pada para bapak-bapak AL dalam menjaga kedaulatan Indonesia
terutama di perbatasan. Walaupun banyak mendengar cerita tentang lemahnya
pasukan kita di laut, tapi saya yakin siapapun orang awam yang memasuki
pangkalan ini akan menaruh harapan besar seperti halnya saya.
Setelah mencari-cari di jajaran
kapal perang di dermaga ARMATIM, akhirnya saya menemukan KRI OWA. Termasuk
besar ukurannya membuat KRI OWA tidak terlalu sulit di cari. Kapal yang mulai
masuk dalam jajaran KRI pada tahun 1980an
ini memiliki jam pengabdian yang cukup tinggi. Salah satu penugasannya
yang terakhir adalah dalam konflik Ambalat dengan Malaysia. Tidak heran dalam
perbincangan selanjutnya dengan para ABK tidak jarang saya mendengar cerita mereka dalam konflik perbatasan dengan Malaysia.
Memasuki ruangan dalam KRI OWA, ditemani oleh bapak Julius dari DISPENAL, saya
langsung diajak bertemu dengan komandan kapal saat itu. Dengan ramah beliau
menyambut saya dan dua orang teman saya lainnya. Terlihat bapak kolonel ini
begitu humble dengan orang sipil seperti kami. Pada hari-hari berikutnya tidak
jarang beliau mengajak saya atau kawan-kawan saya untuk sekedar mengobrol
ringan atau berdiskusi tentang apapun yang sedikit berat. Orang yang cerdas,
tegas dan bijaksana. Beliau begitu disayangi oleh anak buahnya.
Setelah berkenalan dengan komandan,
selanjutnya saya diantar ke kamar yang akan saya tempati selama di sana. Kamar
kecil di tempati ber tiga, tapi bersih, rapih dan dingin karena menggunakan ac.
Tidak jauh dari kamar, juga bisa di temukan kamar mandi dan ruang cuci. Nah
untuk penggunaan air memang ada strateginya. Tidak setiap jam air akan mengalir.
Maklum air sangat terbatas, jadi memang ada managemen khusus untuk mengatur
pengguanaan air. Kamar mandi dan ruang cuci pun relative sangat bersih. Belum
lama saya masuk kamar, ada ketukan di pintu. Seorang perajurit dengan seragam
lapangan loreng khas angkatan laut memberitahukan bahwa makan siang sudah siap.
Saya dan kawan-kawan di minta untuk segera merapat ke ruang makan perwira di
lantai bawah.
Memasuki ruang makan perwira,
ternyata sudah begitu penuh. Baru tahu saya bahwa kapal ini merupakan salah satu
kapal utama dalam latihan gabungan kali ini. Sehingga begitu banyak perwira
tinggi yang ada di kapal ini. Sedikitnya ada lima kolonel dari angkatan laut
dan satu orang kolonel dari angkatan darat yang hadir sebagai peninjau. Awalnya risih juga berada di tengah para
perwira tinggi ini. Tapi berjalan dengan waktu, ternyata sangat seru juga.
Ngobrol dengan mereka merupakan hal yang saya tunggu setiap hari. Banyak sekali
share cerita dari mereka yang selama ini tidak mungkin kita dengan di luar.
Diskusi dengan mereka pun sangat menyenangkan. Sangat open minded, itulah kesan
saya kepada para para perwira itu. Mereka begitu menerima masukan dari kami
orang-orang sipil ini. Sesekali terjadi perdebatan tapi selalu diakhiri dengan
saling mengerti posisi kedua pihak. Bahkan para perwira itu juga begitu senang
bisa banyak berbagi dengan saya dan kawan-kawan. Ya, mereka menganggap kami
netral dalam melihat segala permasalahan militer dan kebangsaan.
Diskusi dan obrolan ngalur-ngidul
tidak hanya terjadi di runag makan. Tapi kemudian setelah semakin akrab, juga
terjadi di kamar tidur, di dek belakang sambil merokok , di dek depan sambil
mencari signal telepon genggam dan bahkan di ruang kemudi kapal dengan para
perwira menengah. Sangat menyenangkan, suatu kesempatan yang mungkin belum
tentu bisa saya dapatkan lagi. Hingga kini, hubungan dengan para awak kapal OWA
masih terjalin. Setiap kali saya ke Surabaya, saya selalu sempatkan untuk bisa
bertemu dengan mereka. Laut telah membuat kami menjadi saudara dan sahabat.
Berhari-hari menjelang uji coba
penembakan rudal Yakhont, diisi dengan latihan persiapan penembakan. Mulai dari
pemeriksaan alat dan personil hingga simulasi penembakan. Bapak-bapak ini tidak
mau ada kesalahan sedikit pun pada hari H nanti. Teknisi-teknisi dari Rusia pun
tidak kalah sibuk membantu persiapan yang di lakukan oleh para personil KRI
OWA. Di sela-sela latihan tiu lah sejumlah obrolan dan diskusi terjalin di
atara kami. Ada satu cerita atau tepatnya keluhan di sampaikan saat itu. “Laut
Indonesia ini sangat luas mas, tapi jumlah kapal perang kami belum mencukupi
untuk batas idela meng-cover seluruh perairan. Tapi kami selaku prajurit, tetap
berusaha semaksimal kita untuk menjaga kedaulatan NKRI. Tidak jarang kami
mengejar para pencuri ikan sampai berhari-hari hingga daerah perbatasan
Australia. Kami tangkap mas, kami serahkan ke polisi di daratan untuk di proses
secara hokum. Tapi kemudian di pengadilan mereka semua di lepas begitu saja,
atau paling tidak mendapat hukuman yang tidak setimpal. Belum lagi kasus-kasus
lainnya, yang paling berat adalah pelanggran batas negara yang sering di
lakukan oleh kapal-kapal perang negara tetangga kita yang satu itu lho mas
(seraya mengedipkan mata). Ujungnya kami angkatan laut ini di cap tidak ada
kerjanya oleh masyarakat. Kehadiran kami di lautan di pertanyakan. Ya semoga
saja mas-mas disini bisa secara objective menyuarakan kondisi kami di lautan”,
demikian secuil yang keluar dari mulut bapak-bapak patriot bangsa di lautan
ini.
Memang aneh, negara kita yang
notabene memiliki wilayah laut jauh lebih luas dari wilayah daratannya. Tapi
memilih menjadi bangsa agraris pada pemerintahan presiden Suharto. Kekuatan di
darat di perkuat luar biasa sementara berpuluh-puluh tahun kekuatan laut kita
bisa dibilang di lumpuhkan. Ya semoga saja pemerintahan ke depan menyadari
betapa pentingnya kekuatan laut di negeri yang seharusnya memilih hidup MARITIM
ini. Kembali ke kejayaan masa lalu dimana kerajaan-kerajaan nusantara menguasai
lautan hingga ASIA. Salut melihat kerja dan kemampuan para prajurit TNI AL.
Begitu professional dan patriotik. Terlihat dari ekspresi mereka yang tanpa
lelah berlatih untuk keberhasilan suatu misi uji coba penembakan rudal. Bahkan
ketika akhirnya uji coba itu berhasil, kegembiraan tak bisa di sembunyikan
dalam suasana di KRI OWA. Akankah jasa dan kerja keras mereka masih di
pertanyakan? Untuk saya, tidak ada alas an mempertanyakan itu. Hanya kebanggan
yang tersisa dari perjalanan satu minggu dengan KRI OWA.
JALESVEVA
JAYAMAHE !!!
Di
Laut Kita Jaya
No comments:
Post a Comment