Monday, April 15, 2013

Sorowako, Potensi Alam Celebes


 

           Sorowako, pertama kali mendengar nama ini adalah di tahun 90an. Ketika kakak saya bekerja di PT INCO yang berbasis di Sorowako. Kesan pertama dari nama itu adalah tempat yang terpencil dan serba terbatas. Apalagi ketika dengar kalau keponakan-keponakan saya berenang di danau. Hati ini makin miris membayangkan kehidupan kakak saya dan keluarga yang serba terbatas di daerah terpencil. Tapi semua bayangan itu sirna seketika, ketika di tahun 2006 saya mendapat kesempatan untuk bekerja disana. Jatuh Cinta pada pandangan pertama, itulah kata yang tepat mewakili perasaan saya saat itu.

            Setelah satu jam penerbangan dari Makasar dengan menggunakan pesawat perintis milik Pelita Air Service, sampailah saya di bandara mungil kota Sorowako. Kota di tengah pegunungan Verbeck, Nuha, Sulawesi Selatan. Kesan yang pertama saya rasakan dalam perjalanan dari bandara, kota ini adalah kota kecil yang sangat teratur dan tertib lalu lintasnya. Mobil perusahaan yang menjemput saya, bahkan tidak mau jalan sebelum para penumpangnya semua menggunakan seat belt. Mobil melaju perlahan sesuai anjuran rambu lalu lintas. Suatu situasi lalu lintas yang belum pernah saya temukan di Jakarta.

            Memasuki kompleks perumahan karyawan, seperti memasuki surga dunia yang selama ini saya impikan. Rumah-rumah panggung berbahan kayu di kelilingi oleh pohon-pohon besar membuat suasana yang memang berudara sejuk pegunungan, semakin sejuk. Tak hanya sejuk di mata, tapi juga sejuk di hati tentunya. Bentuk rumah panggung tidak diadopsi dari bentuk rumah panggung tradisional Indonesia, tetapi merupakan adopsi dari bentuk rumah di Canada, tempat asal perusahaan INCO. Sayang, padahal budaya arsitektur tradisional Indonesia juga banyak mengenal bentukan rumah panggung yang tentunya sesuai dengan kondisi alam sekitarnya.

            Suasana kerja yang terbagi menjadi tiga shift dalam seharinya, secara tidak langsung membuat saya lebih disiplin waktu. Terutama dalam membagi waktu untuk makan, istirahat dan olah raga. Untuk fasilitas olah raga, kota ini tidak ada kurangnya. Mau jenis olah raga apapun, hampir semua bisa kita lakukan. Fitness Center dengan peralatan yang sangat baik, bisa diakses kapan pun. Bersepeda gunung ataupun berlari lintas alam, Sorowako juga surganya. Apalagi yang mencintai olah raga air. Berenang, kayaking, diving, windsurfing, jet ski ataupun sekedar memancing, bisa dilakukan di danau Matano yang sangat jernih airnya.

            Danau Matano adalah salah satu dari tiga danau yang ada di daerah Sorowako. Danau lainnya bernama danau Mahalona dan danau Towuti. Danau Matano adalah danau yang terkecil diantara dua danau lainnya. Tapi jangan salah, Matano merupakan danau nomer tujuh terdalam di dunia dan terdalam di Asia Tenggara. Dan kabarnya danau Matano juga merupakan salah satu danau purba yang terletak di Indonesia. Bagi orang yang menyukai olah raga selam, menyelam di danau Matano tentunya akan memiliki sensasi tersendiri. Danau Matano memiliki jarak pandang yang baik, ini dikarenakan airnya yang sangat jernih. Begitu jernihnya hingga jika kita masih berada tidak jauh dari tepian, kita bisa melihat dasar danau. Di danau ini pula kabarnya masih di temukan, tumbuhan air dan binatang air yang endemic atau hanya ada di danau Matano. Belakangan ini, para penyelam juga menemukan banyak peninggalan bersejarah masa lalu di dasar danau Matano. Penemuan itu berupa antara lain, pecahan gerabah dan lain-lain.

            Bicara tentang sejarah daerah ini, ternyata pada masanya di tepian danau Matano terdapat sebuah kerajaan yang konon tertua di Sulawesi. Lebih tua dari kerajaan Gowa. Dan kabarnya pula, pada masa itu terjalin hubungan yang baik antara kerajaan Matano dan kerajaan Majapahit. Diduga kerajaan Matano lah yang mensuplai senjata untuk keperluan kerajaan Majapahit. Hal itu dikaitkan dengan catatan dalan kitab Negarakertagama yang menyiratkan hal tersebut. Bahkan ada jenis pamor pada keris Jawa, yang menggunakan namanya. Jika dilihat dari masa sekarang, tentunya bukanlah tidak mungkin. Mengingat sampai saat ini pun daerah Sorowako terkenal sebagai penghasil nikel yang terbaik dan terbesar di dunia. Beberapa kali penelitian arkeologis pun dilakukan oleh para ahli dari UNHAS. Sayangnya, menurut sumber di Sorowako, penelitian-penelitian yang dibuat belumlah tuntas hingga kini karena terhalang masalah biaya. Mudah-mudahan suatu hari nanti semua misteri arkeologis Sorowako dengan Matanonya bisa terungkap.

            Tidak jauhnya jarak Sorowako dengan laut, membuat kita tidak sulit menemukan makanan laut segar di kota ini. Banyak restoran dan tempat makan yang menyediakan makanan laut. Salah satu makanan khas Sorowako, Paco’ dan Kapurung juga menggunakan ikan sebagai bahan bakunya. Bagi yang kurang menyukai makanan laut, tidak perlu khawatir. Karena banyak tempat makan, terutama di hotel-hoter seputaran Sorowako menyediakan berbagai jenis makanan, baik local ataupun internasional. Tapi sebaiknya jangan terlalu berharap banyak tentang rasa makanan, selain makanan laut. Tidak bisa dibilang tidak enak, tapi juga tidak bisa dibandingkan dengan makanan serupa yang kita jumpai di Jakarta misalnya.

            Yang sedikit sulit di Sorowako mungkin adalah penginapan yang layak dan memiliki harga yang sesuai. Penginapan bisa dengan mudah kita jumpai di Sorowako. Tapi harga yang harus dibayar seringkali membuat kita mengernyitkan dahi jika kita bandingkan dengan apa yang kita dapatkan. Penginapan di Sorowako terbiasa mendapatkan tamu dari para kontraktor ataupun tamu perusahaan PT INCO. Sehingga mereka menerapkan standard harga yang cukup tinggi. Berbeda dengan daerah-daerah wisata lain yang tersebar di Indonesia.

            Keindahan alam luar biasa dan keramahan masyarakatnya, membuat saya langsung jatuh cinta pada daerah ini. Sekaligus membuat saya berat ketika harus meninggalkan Sorowako untuk kembali ke Jakarta. Sorowako adalah surga, yang jika dapat dikelola dengan benar akan menjadi sumber kehidupan yang tidak habis bagi masyarakatnya. Tidak hanya hasil nikelnya yang sangat layak jual, tapi keindahan alam dan potensi sejarah Sorowako, tentunya sangat masih bisa di olah sebagai sumber pendapatan alternative bagi masyarakat Sorowako. Yang perlu diingat, material tambang pasti lah ada habisnya. Suatu hari nanti nikel akan habis dan INCO yang sekarang berubah nama menjadi PT VALE akan meninggalkan Sorowako. Tapi potensi alam dan sejarah yang dimiliki Sorowako tidak akan ada habisnya. Apalagi jika mulai dari sekarang masyarakat dan pemerintah daerah bisa memulai usaha untuk menyelamatkan asset tersebut. Sorowako mungkin kini jauh dari mata saya, tapi Sorowako akan selalu ada dalam hati. Sorowako adalah surga yang terjatuh di bumi Celebes.

No comments:

Post a Comment